Bertanya dan Menjawab ala Berpikir Sistem (SPQ&ISA)

Siang hari di kampus setelah makan siang:

Seorang mahasiswi datang ke rekan kerja saya yang pria, kemudian berkata “Pak, saya positif”.

??????

 

Sering saya kemukakan ketika mengajar bahwa medium komunikasi kita: suara, tulisan, gambar, adalah medium yang sangat lemah untuk mengkomunikasikan apa yang kita maksudkan, karena banyaknya keterbatasan pada medium tersebut dan betapa bergantungnya kita terhadap kesamaan konteks antara pembicara dan pendengar (dalam hal suara misalnya). Sebuah kata kasar bisa menyinggung pendengarnya ketika dalam suasana hati jelek pada suasana formal, tetapi bisa merupakan gurauan pada suasana hati gembira dalam suasana informal.

Untuk itu, sangat penting bagi pemikir sistem untuk memiliki struktur dalam bertanya atau menjawab pertanyaan ketika berkomunikasi, yang akan mengurangi kesalahpahaman ini. Struktur itu dapat disingkat sebagai SPQ&ISA – Situation, Perception, Questions dan Interpretation Structure Answer.

Bertanya dengan SPQ

Situation, uraikan situasi yang membuat anda akan bertanya secara apa adanya (tanpa adanya interpretasi atau pendapat anda terlebih dahulu). Pengantar situasi penting untuk memberikan gambaran bagi penjawab dalam konteks apa anda akan bertanya, sehingga mengurani mis-interpretasi dari pertanyaan anda.

Perception, jelaskan bagaimana menurut anda situasi tadi, disini anda memberikan perspektif anda terhadap situasi, like or dislike, agree or not agree

Questions, pertanyaan yang ingin diajukan

Menjawab dengan ISA

Lanjutkan membaca “Bertanya dan Menjawab ala Berpikir Sistem (SPQ&ISA)”

Apa yg anda putuskan tidak-anda-lakukan adalah hal yg penting

Membaca artikel tentang Steve Jobs dan filosofi designnya di Apple yg saat ini produknya sedang mendominasi mobile computing dan gosipnya menyudahi era PC untuk masuk ke era tablet, ada satu pernyataan yg menarik dari Guru Apple ini:

‘It is what you decide NOT to do that matters’

Filosofi design ini ternyata mendorong fungsi-fungsi sederhana tapi brillian yang ada dalam produk-produk Apple (note: walaupun saya sangat menghargai Apple, tapi saya bukan pengguna produknya). Hingga kini produk Apple tidak datang dengan manual yg tebal, dia sangat spesifik memenuhi kebutuhan generik penggunanya. (Spesifik ke Generik). Sehingga bagi para maniak teknologi mungkin produk Apple menjadi terkesan ‘terbatas’ atau terkukung. Saya menggunakan Apple sebagai contoh untuk menjelaskan ‘simplicity is the ultimate sophistication’, yaitu upaya untuk membuat sederhana terkadang membuat kita harus berusaha keras untuk mencapainya.

Dalam proses pemecahan masalah, biasanya ada tahapan dimana kita memiliki banyak alternatif sumber permasalahan serta kemudian banyak alternatif pemecahan permasalahan. Kita harus memilih atau menyeleksinya, hanya saja fokusnya biasanya untuk memilih yang “terbaik”, kemudian meluakan yang lainnya. Saran saya: jangan lupakan yang tidak terpilih, simpan dan gunakan sebagai bahan olahan, walau bagaimanapun sebuah proses eliminasi seharusnya tidak hanya untuk mendapatkan yang terbaik tetapi memberikan kesempatan bagi proses pemahaman terhadap semua alternatif yang ada dan kenapa tidak memilihnya.

Dalam penyusunan rencana strategis perusahaan misalnya, fase terpenting bukanlah selesainya dokumen renstra, tetapi proses eliminasi yang membahas berbagi asumsi, berbagai alternatif, dan berbagai tantangan menjadi sebuah proses pembelajaran bagi semua elemen organisasi, sehingga jikapun apa yang dipilih dalan dokumen renstra tidak terjadi, tetapi melalui proses tadi, semuanya seolah-olah sudah “berlatih” untuk menghadapi segala kemungkinan.

Dalam teori sistem, dikenal pula kategori kompleksitas detail, yaitu kompleksitas akibat banyaknya komponen. Sebuah sistem yang ingin mengakomodasi banyak keinginan dan pandangan, pasti akan berkembang untuk memiliki kompleksitas tinggi akibat banyaknya “komponen” atau variasi. Orang tua mungkin akan bingung melihat handphone yang saat ini sudah bisa merekam video, foto, main game dll padahal dulu bisa terima telpon dimana saja sudah ajaib. Bayangkan kalau setiap fungsi telpon punya tombol khusus, mungkin tombol handphone akan sama banyaknya dengan tombol keyboard.

Mengurangi kompleksitas dengan mengurangi komponen adalah tidak mudah, suatu proses yang sebenarnya jauh lebih kompleks dan sulit.

Simplicity is the Ultimate Sophistication “Leonardo Da Vinci”

Namun, belajar dari Apple: kesabaran menjual visi, “memaksa” user untuk berkompromi terhadap keterbatasan yang sekaligus memberikan kebebasan dari kerumitan (aneh yaa, tapi mungkin saya bisa buat artikel tentang ini), atensi terhadap detail yang sangat luar biasa, dll merupakan sebuah inspirasi bahwa pencarian kemudahan adalah suatu hal yang berat namun memungkinkan.

Membumikan Keberlanjutan bagi Teknik Industri

Topik tentang sustainability yang diterjemahkan bisa ke “keberlanjutan” atau “kelestarian” telah semakin mengemuka di dunia seiring dengan kejadian cuaca buruk dan tidak terduga yang terlihat semakin sering melanda dunia, yang kita rasakan bersama. Terlepas dari kontroversi dan perdebatan tentnag pemanasan global dengan adanya pendapat bahwa peristiwa ini adalah peristiwa “natural” rutin tanpa ada campur tangan manusia, sebagai perekayasa industri, kita semua wajib memasukkan unsur keberlanjutan kedalam fokus perhatian kita.

Kita sadari atau tidak, kita telah menkonsumsi energi dan sumber daya yang semakin lama semakin besar dibandingkan pendahulu kita. Dulu orang membeli daging dengan dibungkus daun singkong (sehingga sampai ada joke kotornya he..he..), sekarang we go to nearest hypermart that use plastics. Plastics use more energy and more non-degradable waste. Jadi adalah tugas kita, untuk menjadi pendahlu dari anak cucu kita, mempertimbangkan gaya hidup dan pendekatan pemecahan masalah. Saya pribadi yakin Perekayasa Industri (Industrial Engineers), memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi pemimpin dalam usaha ini.

Tapi pertanyaan bagi kita semua adalah, apa yang bisa kita lakukan?

Setelah membaca berbagai majalah dan jurnal, dan yang terakhir saya sedang membaca special report dari majalah MIT Sloan Management Review: Sustainability as Competitive Advantage, saya tiba pada pada kesimpulan bahwa peranan kita adalah menggunakan pendekatan dan metode di Teknik Industri untuk sebuah target baru (old proven ways with new indicators)

Lanjutkan membaca “Membumikan Keberlanjutan bagi Teknik Industri”

Mengapa kesimpulan di “tarik” ?

Dalam seminar untuk mahasiswa yang sedang mengambil skripsi beberapa hari yang lalu, saya menemukan sebuah langkah dalam metodologi yang ditulis “Menarik Kesimpulan”. Tulisan ini menarik perhatian saya, karena biasanya mahasiswa menulisnya dengan hanya “Kesimpulan”. Saya baru menyadari bahwa memang kata predikat yang tepat untuk kesimpulan memang menarik, bukan mengambil, mendapatkan atau menghasilkan, karena kesimpulan diambil dari kata benda “simpul”.

Simpul dalam kamus besar bahasa indonesia adalah ikatan pada tali atau benang. Untuk menguraikan benang atau tali kusut yang terdiri lebih dari 2 benang maka biasanya kita harus mencari simpulnya, artinya kita harus memulai dari suatu benang kemudian menarik benang hingga mendapatkan simpulnya. Bukan langsung “mengambil” simpulnya, kecuali dari awal memang sudah anda tahu simpulnya disitu.

Untuk benang-benang yang saling bersimpulan (seperti jaring laba-laba), maka menarik simpul berarti mencari dimana simpulnya berada, karena simpul merupakan titik terkuat dari benang tersebut. Yang saya maksud terkuat adalah, kekuatan dari seluruh “konstruksi” benang akan tergantung dari kekuatan simpulnya, bukan kepada kekuatan masing-masing benang. Benangnya bisa dari baja yang mampu menahan 10 satuan gaya misalnya, tetapi jika simpulnya hanya mampu menahan 5, maka keseluruhan konstruksi adalah 5.

Untuk benang yang kompleks, simpul juga tidak hanya satu, bisa beberapa. Biasanya ada simpul yang paling dominan, ada yang tidak.

Dalam konteks analisa, maka kesimpulan bukan hanya menunjukkan hasil yang didapat dari pengolahan data, tetapi lebih luas. Kesimpulan bisa berupa:

  • Pemahaman baru terhadap prosesnya (ternyata ketika kita “mencari” simpul ada hal-hal yang baru dan menarik untuk disampaikan)
  • Penjabaran akar permasalahan (kenapa menurut kita ini adalah akar masalahnya)
  • Pengalaman yang dialami ketika melakukan “penarikan” kesimpulan

sehingga menurut saya, kesimpulan tidak harus mengandung usulan solusi, tetapi apa yang kita dapatkan dari keseluruhan proses analisa yang telah kita lakukan.

Tips bagi Alumni Teknik Industri sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS (bag 1) – Apa sih fungsi pemerintah?

Dengan semakin banyak mantan mahasiswa saya menjadi PNS di republik ini, maka saya merasa perlu menuliskan sedikit pemahaman saya tentang pemerintahan dan bagaimana anda bisa memandang pemerintahan dalam kacamata seorang perekayasa industri.

Saya memandang secara sederhana bahwa Pemerintah memiliki 2 fungsi utama pelayanan langsung dan regulasi. Walaupun sebenarnya dalam pelayanan langsung, bukan berarti pemerintah harus turun tangan langsung. Dalam buku reinventing the government, pakar pemerintahan berargumen bahwa pemerintah adalah regulator, bukan operator. kata “govern” dalam government, bukan berarti kita melakukan pelayanan, tetapi menentukan standard dan mencari sumber daya sehingga layanan tersebut dapat terlaksana.

Saya juga tidak mengerti kenapa kata “govern” yang bisa diartikan mengendalikan, diterjemahkan menjadi “perintah” atau kita kenal sebagai “pemerintah”. Mungkin karena aroma militer dahulu lebih kental. Perintah memiliki makna yang berbeda dibandingkan kendali, anda pasti bisa merasakannya, tapi mungkin kita bahas pada lain kesempatan.

Fungsi Layanan Publik

Pelayanan Langsung, menurut saya, adalah sebuah fungsi pemerintahan kepada konstituennya (khan kita yang memilih) sehingga kita dapat melakukan aktivitas produktif tanpa banyak terganggu. Ini mencakup layanan kesehatan dasar, sosial, kebersihan, pemeliharaan, pembangunan infrastruktur dsb. Untuk itu kita memilih pemerintah dan membayar gayus …. eh pajak, sebagai “iuran” kita sebagai warga negara. Kita juga memberikan mandat supaya uang dan “asset” kita (tambang, air dsb) dikelola sehingga menghasilkan keuntungan buat rakyat. Jadi kalau kita tidak suka layanannya, yaa diganti saja pada pemilihan berikutnya atau hati-hati memilih yang berikutnya.

Bagi yang tinggal di apartemen mungkin mengenal istilah building management, dimana kita menyewa tim manajemen untuk mengurusi hal-hal yang menurut kita harus mereka urus. Di kompleks, ada RT yang membantu kita untuk mengurus keamanan, pemungutan sampah, dll. Kalau udah nggak perform, yaa diganti khan?

Apakah layanan pemerintah harus langsung? Terkadang saya suka tersenyum simpul mendengar tuntutan demo dari orang-orang yang menginginkan bahwa pemerintah memegang langsung sebuah layanan publik (sebagai operator), terutama karena menganggap bahwa layanan tersebut harus murah dan “pro-rakyat”. Sah-sah saja, tetapi berarti mereka juga tidak bisa menuntut pelayanan yang baik dan pasti akan tidak meningkat, karena pemerintah sebagai operator berarti anda meletakkan akuntabilitas ke suatu badan yang dari awal didesain untuk tidak jelas siapa yang bertanggung jawab.

Lanjutkan membaca “Tips bagi Alumni Teknik Industri sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS (bag 1) – Apa sih fungsi pemerintah?”

Teknik Industri vs Manajemen Rekayasa vs Manajemen Operasi

Industrial Engineering vs Engineering Management vs Operation Management

Seorang mahasiswa saya  bertanya judul diatas kepada saya karena mendengar bahwa salah satu TI di PTN terdepan Indonesia telah membuka program studi baru yaitu engineering management (rekayasa manajemen). Saya sedikit kaget mendengar ini karena setahu saya engineering management lahir bukan dari industrial engineering tetapi sebenarnya berasal dari civil engineering.

Saya mendengar istilah engineering management, ketika sedang berkuliah di Australia. Memang program studi ini hanya ada di negara-negara commonwealth (bekas jajahan inggris) dan berada dibawah civil engineering. Beberapa dosen saya waktu itu memang berasal dari program studi ini. Engineering management bersumber dari pengembangan ilmu project management yang memang kuat pada teknik sipil. Intinya adalah bagaimana mengelola project dari awal hingga akhir sehingga mencapai tujuannya. Ingat, industrial engineering lahir di AS.

Teknik Industri memiliki fokus kepada product life cycle (siklus hidup produk), dari desain produk hingga produksi serta manajemennya. Intinya sebuah produk dari lahir (awal) hingga akhirnya dikonsumsi masyarakat. Mirip yaa?

Berarti ini manajemen operasi dong pak? Lebih luas lah! karena kita harus memikirkan aspek desain dan teknologi, karena ada unsur desain produk, desain proses dan desain  pabrik, termasuk desain organisasi. Untuk teknologi, kita harus bisa memahami unsur-unsur kekuatan material, gaya mekanika dsb. Kembali, karena kita harus lengkap dalam siklus produk. Manajemen operasi lebih banyak berada pada sekolah bisnis dan manajemen, seperti di ekonomi atau SBM. Contohnya di singapura, di NTU tidak ada TI, tetapi ada manajemen operasi dibawah SBM, sedangkan di NUS terdapat TI.

Jadi engineering management apa pak? Mungkin strategi jalan keluar bagi TI yang tidak ingin kehilangan “ke-manajemen-an”, walaupun kok kesannya aneh yaa, kenapa harus ngambil bidang sipil sebagai jalan keluarnya. Saya pribadi merasa bahwa langkah ini akan membuat TI yang kita kenal saat ini bisa “punah”.

Saya menjelaskan kepada mahasiswa tentang tarikan yang kuat terhadap bidang ilmu TI untuk menjadi berbasis “manufaktur”, yang akan berimbas pula kepada cara akreditasi, penilaian akreditas dan lainnya. Jadi TI yang tidak mau memilih, akan kesulitan nantinya.

Saya juga jadi teringat tentang teman saya yang memilih untuk mengambil TI di UI ketika masih menjadi program studi di Mesin, dia yakin bahwa dia bisa memiliki 2 manfaat sekaligus, menjadi sarjana mesin dan sarjana TI. Langkah ini yang diambil oleh TI UGM dengan tidak melepaskan diri dari Mesin, dan membentuk departemen bersama.

Dalam waktu dekat mahasiswa TI berarti akan memilih untuk menjadi “manufaktur” atau “jasa” , atau memilih TI atau RM sejak dari awal?

Yang saya takutkan dengan jumlah SKS yang sama dan tekanan untuk cepat lulus, apakah berarti kita akan mengorbankan keunikan kompetensi TI yang saat ini? Entahlah.

Mencari Topik Skripsi yang “benar-benar” Teknik Industri

Judul diatas perlu diperjelas dengan cerita sebagai berikut, suatu ketika ketika saya pulang sekolah di akhir 90-an, sedang timbul demam Balanced Scorecard (BSC) sebagai topik skripsi di Teknik Industri. Ketika menguji topik ini, seorang dosen TI menanyakan apakah topik BSC boleh dikerjakan oleh anak TI, karena bukankah topik ini adalah yang berasal dari manajemen/bisnis? (waktu itu program MBA di dunia juga sedang “demam” BSC)

Teman dosen inimengkritik dengan bertanya dimana cabang Ilmu TI yang mengayomi topik ini? Ini masakTeknik, khan tidak ada unsur kuantitatifnya?

Waktu itu saya berargumen 2 hal (khusus utk kasus BSC ini):

1. BSC bisa dikategorikan merupakan varian dalam manajemen kinerja perusahaan. Kinerja adalah urusan TI (lihat definisi saya tentang Keilmuan TI di blog ini). BSC juga memasukkan unsur produktivitas yang menjadi bagian utama dalam keilmuan TI. Jadi BSC dapat dikatakan merupakan cabang ilmu produktivitas di TI. Unsur kuantitatif harus didapatkan oleh mahasiswa dari perhitungan-perhitungan untuk menyusun indikator dalam BSC.

2. Keilmuan TI adalah keilmuan yang inklusif, ini bisa dilihat pada definisi TI. Inklusif adalah lawan kata dari ekslusif. Inklusif berarti kita tidak boleh mengurung diri dengan metode yang itu-itu saja, selalu mencari dan mengadopsi metode-metode yang bisa diambil untuk diterjemahkan di TI. Inklusifitas juga berati aplikasi kekuatan keilmuan TI ke bidang-bidang lain yang bukan merupakan bidang “tradisional” TI, seperti bidang jasa.

Diskusi berlanjut dengan menukik ke akar permasalahan pertanyaan yang menjadi judul blog ini: Bagaimana mendefinisikan bahwa sebuah topik skripsi itu adalah topik dalam keilmuan Teknik Industri? Apakah berarti bila kita mengukur kepuasan karyawan dengan metode psikologi, termasuk dalam keilmuan Teknik Industri? Apa bedanya TI dengan departemen manajemen di ekonomi?

Lanjutkan membaca “Mencari Topik Skripsi yang “benar-benar” Teknik Industri”