Kombinasi Pola Berpikir dalam Berpikir Sistem

Jika membahas tentang berpikir sistem, sering orang menduga bahwa berpikir sistem itu adalah sebuah pola berpikir baru yang revolusioner yang berbeda dibandingkan dengan pola yang sudah ada. Ternyata pada kenyataannya pola berpikir sistem adalah pola kombinasi dari berbagai pola yang sudah ada. Lalu apa yang baru dong? Kombinasi yang pas terhadap berbagai pola berpikir lainnya lah yang membuat pola berpikir sistem itu berbeda.

Seperti nasi goreng, sebuah makanan khas Indonesia yang sedang dipromosikan di dunia. Kombinasi yang pas akan menentukan rasa enak yang kita dapatkan di warung favorit nasi goreng kita. Itupun masih ada variasi-variasi hebat lainnya, seperti nasi goreng teri, trasi, seafood dan jangan lupa .. spesial pake telor.

Jadi pola berpikir apa saja yang minimal ada dalam berpikir sistem? Menurut Barry Richmond, sebenarnya ada 7 Essential Thinking Skills untuk dikombinasikan menjadi berpikir sistem: dynamic thinking, systems-as-cause thinking, forest thinking, operational thinking, closed-loop thinking, quantitative thinking dan scientific thinking.

Lanjutkan membaca “Kombinasi Pola Berpikir dalam Berpikir Sistem”

Analisa Sistem Kasus KJS

Berita mundurnya 16 RS dari sistem KJS di Jakarta merupakan sebuah early warning bagi rencana pemerintah untuk memberlakukan sistem jaminan kesehatan yang akan diberlakukan di seluruh Indonesia. Kenapa kok baru sekarang permasalahan ini timbul? Ternyata sejak bulan maret, terjadi pemindahan sistem pembayaran, yang tadinya langsung dikelola oleh pemerintah daerah, ke sebuah perusahaan asuransi milik pemerintah yang rencananya tahun depan akan menjadi badan pengelola jaminan sosial.

Pemindahan sistem berarti pemindahan “cantolan” regulasi, yang berarti mencakup diantaranya siapa dan apa yang masuk dalam kategori KJS. KJS memang sebuah kebijakan politik yang populis dan menarik, ketika siapapun warga Jakarta ber-KTP boleh mendapatkan layanan kesehatan gratis tanpa memandang miskin atau tidak. Kriteria lainnya cuma kriteria sosial lisan saja “malu atau tidak”. Apa yang terjadi? ledakan jumlah pasien dan kasusnya. Kenapa tidak hanya pasien yang harus dihitung? karena saya pernah ngobrol di sebuah RSUD DKI Jakarta, dengan seorang pensiunan yang “hobi” barunya adalah nongkrong di RS. Si Bapak ini bilang, mumpung gratis, dalam sehari dia bisa minta ketemu 2 dokter, dan dalam sebulan secara rutin seminggu sekali dia ke dokter. Ndak masalah harus antri, toh dia tidak ada kerjaan lain.

Di sistem sebelumnya, hanya orang miskin dan rentan miskin yang mendapatkan fasilitas ini. Jadi saya membayangkan saat ini kedua kelompok ini harus “bersaing” mendapatkan pelayanan dengan kelompok lain, yang notabene bisa membayar sendiri biaya kesehatan dasarnya.

Mari kita lihat bagaimana analisa sistemik kasus ini.

image

Ledakan ini meningkatkan jumlah transaksi layanan kesehatan, yang berarti akan meningkatkan jumlah klaim ke pemerintah daerah, ini yang terjadi pada akhir tahun lalu. Ledakan jumlah transaksi ini juga menimbulkan antrian layanan serta menguras kualitas layanan kesehatan yang telah dirancang pada kapasitas yang lebih rendah dari permintaan yang melonjak mendadak.

Gejala ini yang akhir tahun lalu telah keluar, sehingga rencana solusinya adalah akan dialokasikan tambahan anggaran untuk peningkatan infrastruktur kesehatan (asik ada proyek fisik baru). Namun peningkatan infrastruktur tanpa alokasi pendidikan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan akan tetap meningkatkan transaksi kesehatan. Apalagi kesadaran ini yang sudah cenderung berkurang akibat lebih “murah”nya orang ke dokter daripada menjaga kesehatan. Lagipula membangun RS baru, meningkatkan kapasitas pasti membutuhkan waktu yang tidak singkat, dan ketika selesai dibangun, jangan-jangan sudah membludak lagi,

Sehingga pemerintah daerah melakukan salah satu apa yang dikenal dalam dunia system thinking sebagai jebakan struktur sistem: shifting the burden/addiction, pergeseran tanggung jawab. Bagaimana kalau diserahkan kepada asuransi saja, hitungannya kan lebih enak, berdasarkan premi per orang. Apalagi sang perusahaan asuransi menjamin tidak ada masalah (lha namanya juga jualan).

Lanjutkan membaca “Analisa Sistem Kasus KJS”

Kuliah-kuliah Pada Tahun Pertama di Teknik Industri UI

Perhatian: Penjelasan ini adalah untuk membantu anda memahami bagaimana kuliah-kuliah yang dirancang di teknik industri berketerkaitan sedemikian rupa untuk membangun kompetensi sebagai seorang Sarjana Teknik Industri. Secara khusus, bagian ini merefleksikan kurikulum yang berjalan di Teknik Industri Universitas Indonesia, yang sangat mungkin berbeda dengan kurikulum yang akan anda jalani di Perguruan Tinggi Anda. Perlu juga anda ketahui bahwa perancangan kurikulum Teknik Industri UI bergantung kepada penterjemahan tentang dan Persepsi Bidang Kerja sesuai dengan studi alumni yang dilakukan TIUI.

Bagi mahasiswa bimbingan akademis saya, pasti sudah mendapatkan email penjelasan berikut ini, jadi anggap saja sebuah pengulangan yaa, biar nggak lupa.

Semester 1&2 masih merupakan tahun dasar keteknikan (Kalkulus, Aljabar Linear, Dasar Komputer, Fisika Mekanika dan Panas) dan Universitas (seperti MPK, Bahasa Inggris, Seni Olahraga, Agama dll) yang kebanyakan dikelola oleh Fakultas, dasar dasar teknik industri sudah mulai diajarkan(Pengantar Teknik Industri, Statistik dan Probabilitas, Menggambar Teknik, Pengantar Ilmu Ekonomi & Bisnis, Pengetahuan Bahan).

Lanjutkan membaca “Kuliah-kuliah Pada Tahun Pertama di Teknik Industri UI”

Tes 3 Menit

Catatan Awal: Bagi mahasiswa TIUI, Tes 3 Menit yang saya bahas disini bukan konsep ujian yang anda telah anda dengar atau anda lalui, tetapi sebuah konsep pendekatan yang perlu anda ketahui dan kembangkan dalam berkomunikasi tentang masalah dan pemecahan masalahnya.

Tes 3 Menit atau sering dikenal oleh para konsultan sebagai “the 3 minutes elevator test” adalahsebuah konsep agregasi apa yang telah kita dikerjakan dan kita usulkan kepada klien kita seandainya kita hanya diberikan waktu 3 menit. Waktu 3 menit ini diibaratkan adalah waktu yang ada ketika kita naik elevator dari lantai atas tempat presentasi ke tempat parkir klien kita. Illustrasinya begini, jika anda adalah konsultan yang mendapatkan suatu tugas dari klien, setelah sekian bulan bekerja keras untuk mengumpulkan data, interview, mengolah data, mengurusi politik kantor, melalui pembantaian awal pada presentasi awal didepan rekan tim kerja perusahaan, sehingga pada akhirnya anda diberikan kesempatan untuk mempresentasikannya didepan the big boss. Anda sudah bergadang dari kemarin, menyiapkan presentasi lengkap dengan video animasinya, dengan suara stereo surround, dengan lagu jingle dsb, kemudian ketika sang boss masuk ruangan, dan anda sudah siap untuk menunggu diberi waktu, tiba-tiba sang boss, tanpa sempat duduk, meminta maaf kepada semua peserta bahwa presentasi harus ditunda karena dia dipanggil oleh presiden untuk dicalonkan jadi menteri. Boss menyadari bahwa keputusan harus segera diambil, untuk itu dia mengajak anda turun bersama-sama dia ke tempat parkir melalui ke lift pribadinya (elevator). “Saya tidak punya waktu banyak, tolong jelaskan secara singkat apa yang anda usulkan kepada saya, hingga kita sampai ke tempat parkir”

Apa yang anda lakukan?

Lanjutkan membaca “Tes 3 Menit”

Have you asked a good question today?

Dalam kuliah yang saya kelola beberapa waktu yang lalu, tiba-tiba dalam diskusi bersama di kelas tersebut saya tergelitik pertanyaan kepada mahasiswa saya, “Siapa di antara anda, selama masa kuliah 3 tahun terakhir, tidak pernah mengajukan pertanyaan didalam kelas?” dan sangat mencengangkan hampir lebih 50% kelas menunjukkan muka terkejut dan takut untuk mengangkat tangan. Dari pengalaman saya mengelola kelas, harus diakui bahwa ketika saya menanyakan “apakah ada yang mau bertanya?” hanya muka-muka yang itu-itu saja yang mengajukan pertanyaan. Apalagi dalam kelas saya yang berbahasa inggris, tidak ada muka yang tampak.

Pertanyaan adalah menunjukkan bahwa pikiran anda sedang mengolah sesuatu, dan menemukan ada beberapa hal yang tidak cocok satu dengan yang lain, ada yang tidak anda pahami, atau menimbulkan kebingungan. Sehingga bingung dalam sebuah kelas selalu saya pandang positif, karena berarti terjadi proses pemikiran.

Secara keseluruhan dosen-dosen anda adalah orang-orang yang pasti memiliki pengalaman yang lebih banyak, tetapi kita menggunakan slide terbatas yang kita siapkan sebelumnya karena ketika mengajar karena kita takut melupakan materi yang wajib diajarkan. Ketika anda bertanya, itu menimbulkan pemicu didalam pengalaman atau pengetahuan yang tidak akan dikeluarkan karena lupa atau tidak sadar bahwa itu berguna atau berkaitan dengan materi. Pasti ada beberapa dosen anda yang bisa menjadi tambang pengetahuan, tetapi anda harus “memukulnya” untuk mendengarkan suaranya.

Bagaimana caranya mendapatkan pertanyaan yang bagus? Beberapa ide berikut

Lanjutkan membaca “Have you asked a good question today?”

Tentang Kompetensi Soft-skills Lulusan Teknik Industri (Apa itu Soft Skills?)

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan sebuah hal yang sedang diketengahkan dewasa ini sebagai akibat UU Sistem Pendidikan Nasional yang mensyaratkan bahwa sebuah program pendidikan harus mengacu kepada standar ini.

SKL secara tidak langsung meminta pendidikan tinggi untuk market-oriented, karena konsep kompetensi merupakan sesuatu hal yang sebenarnya didorong oleh kebutuhan industri di lapangan. Sehingga dalam tulisan ini kita tidak akan melakukan perdebatan klasik tentang apakah pendidikan tinggi market-oriented atau research-oriented atau jika kedua-duanya mungkin.

Yang menarik mengikuti proses penentuan SKL ini untuk teknik industri adalah ketika ada tahapan untuk melakukan visitasi ke Industri untuk mendapatkan masukan tentang lulusan teknik industri yang telah bekerja, permasalahan yang klasik muncul kembali, yaitu soft-skills.

Seluruh industri secara relatif memandang untuk perguruan tinggi (terutama di Jawa) mereka tidak memiliki masalah dalam kompetensi teknis, tetapi dari sisi kompetensi non-teknis mereka tetap mendapatkan masih banyak kelemahan yang sering disebut sebagai soft-skills.

Apa sebenarnya soft-skills? Di Teknik Industri UI ada sebuah mata kuliah pilihan Keterampilan Interpersonal, yang ketika disusun konten dari perkuliahan ini, timbul pertanyaan ini. Akhirnya kita membagi 2 softskills, yaitu personal skills dan interpersonal skills.

Personal Skills merupakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri menjadi lebih baik. Ini lebih ke arah self development yang mencakup personal time management, problem solving skills, research skills, kreativitas, learning capability (learn to learn … effectively), Team Thinks (kemampuan untuk berpikir sebagai bagian dari tim)

Interpersonal Skills merupakan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan dengan orang lain, baik orang lain secara individu (one to one) atau sebagai audiens (one to many). Ini yang mencakup negosiasi, interview, sikap dan penampilan yang sesuai dengan situasi, listening skills, public speaking and presentation, effective meetings, writing reports and proposals, project management, working with teams, and etc.

Kenapa ada 7 Tools of Quality & 7 New Tools of Quality?

7 Tools of Quality dan 7 New Tools of Quality merupakan kumpulan alat-alat yang dipakai dalam manajemen kualitas yang biasanya digunakan bagi yang menerapkan metodologi 7 Steps of Quality Improvement (jadi 7-7-7), seperti jenis pesawat penumpang merk Boeing. Di Indonesia, dikenal istilah TULTA (Tujuh Langkah Tujuh Alat)

Sebenarnya pengelompokan ini beraneka ragam, untuk metodologi Six Sigma, pengelompokan alat dikenal 2 kelompok, basic statistical tools dan advanced statistical tools. Dalam kelompok-kelompok tersebut juga terdapat 7 tools of quality dan 7 new tools of quality, hanya terkadang diberi nama berbeda. Dalam buku Quality Toolbox yang dikeluarkan oleh ASQ, diidentifikasi lebih dari 100 tools yang bisa digunakan untuk melakukan peningkatan kualitas.

Konsep alat (tools) adalah membantu langkah-langkah penerapan metodologi, jadi ketika anda sedang melakukan urutan langkat tertentu, apa yang anda butuhkan dapat disediakan dari hasil sebuah alat atau kombinasi beberapa alat.

Bayangkan anda ingin membuat sebuah lemari kayu langsung dari pohon didekat rumah anda. Anda tentunya merencanakan terlebih dahulu langkah-langkah yang harus dilakukan. Misalnya kita sederhanakan menjadi 3 langkah utama (1) desain lemari kayu (2) mendapatkan bahan dan material setengah jadi (3) merakit lemari kayu. Langkah (1) desain lemari kayu, tentunya anda perlu tahu untuk apa lemari tersebut, sehingga anda bisa saja menggunakan check-sheet, questionnaire, focus group discussion untuk mendapatkan dasar desain lemari kayu tersebut. Anda juga akan butuh meteran, pensil, dsb untuk membuat gambarnya. Langkah (2) anda membutuhkan tali, gergaji, kapak, dsb untuk mendapatkan kayu papan dan bentuk kayu lainnya untuk membuat lemari. Langkah (3) anda butuh palu, kuas dsb untuk menyelesaikan lemari kayu tersebut.

Lanjutkan membaca “Kenapa ada 7 Tools of Quality & 7 New Tools of Quality?”