Kompleksitas Baru akibat Media Sosial: Pahami Konteks

Ketidakpastian adalah sebuah kondisi yang tidak menyenangkan. Ketidakpastian juga membuat permasalahan menjadi kompleks dan sulit dalam mengambil sebuah keputusan.

Biasanya sesuatu hal menjadi tidak pasti karena terbatasnya informasi yang kita miliki. Namun yang menarik dalam dewasa ini ketidakpastian malah timbul dengan semakin banyaknya informasi yang mengalir melalui saluran media sosial.

Artikel ini merupakan bagian dari 3 artikel yang mencoba melihat bagaimana prinsip sistem bisa digunakan untuk mengatasi hal ini. Pemerintah telah menuju arah yang tepat, namun sayangnya metode dan cara yang dilakukan terlalu berorientasi pada jangka pendek, padahal permasalahan kompleks membutuhkan solusi jangka panjang.

Menggunakan prinsip dan pemahaman tentang sistem, maka beberapa hal yang dapat anda lakukan dalam kacamata berpikir sistem:

  1. Pahami konteks
  2. Hentikan Aliran Informasi Negatif
  3. Perkuat Struktur yang Baik

 

Pahami konteks

Konteks dibangun oleh kesementaraan. Kesementaraan dibangun oleh dimensi dimana permasalahan timbul, apakah dimensi geografis ruang permasalahan, dimensi waktu (masa kini, lampau dan depan), dimensi kepentingan (berdasarkan aktor) dan dimensi skala (sedetail apa anda melihat permasalahannya). Setiap permasalahan pasti memiliki konteks yang multi-dimensi.

Seringkali konteks tidak mudah kita pahami karena penyebab bisa berbeda ruang dan waktu terhadap masalahnya. Banjir di Jakarta, akibat hujan lebat di daerah lain dan butuh waktu 3 jam untuk sampai di Jakarta. Genangan di Jakarta, akibat sampah di drainase yang menumpuk akibat buang sampah sembarangan di musim kemarau dan yang membuang berada di Hulu sungai, sedangkan genangan timbul di hilir.

Konteks juga berlaku untuk akibat, apa yang anda putuskan dan lakukan akan mempengaruhi konteks. Ketika kita meneruskan berita yang tidak sepenuhnya kita analisa kebenaran, sumber dan dampaknya, maka kita menciptakan konteks dari permasalahan kepada teman-teman kita. Jika proses ini berulang kepada yang lain, maka teman kita membaca berita tersebut akan berpikir bahwa lho ternyata teman-teman saya kok mikir seperti ini, terciptalah efek bola salju yang bisa berbahaya.

Bagi anda yang perenang, melawan arus lebih melelahkan daripada mengikuti arus. Terkadang anda bahkan hanya perlu mengembangkan saja. Namun mengikuti arus berarti anda melepaskan pilihan, dan berarti pula anda setuju dengan muara arus tersebut. Ketika Anda setuju, yaa berarti jangan protes ketika hasilnya tidak sesuai yang anda harapkan. Tapi saya maunya sebenarnya cuma itu, tapi ada tambahan hal negatif ini itu yang tidak saya mau. Lha ya memangnya ada di dunia ini yang se ideal sorga? Tanggung jawab dari setiap keputusan adalah sebuah kedewasaan berpikir. Mungkin itu mengapa kok Gus Dur pernah bilang Taman Kanak-kanak untuk politisi Indonesia.

Jadi Pahami Konteks, Putuskan apakah anda ingin terbawa arus atau tidak, SADARI semua keputusan anda memiliki dampak walaupun kecil terdapat sistem yang lebih besar

Pentingnya Ukuran

Tahu kata “kepentingan”? Kita tahu itu berarti berasal dari penting, yang bisa diartikan ukuran nilai atau bobot yang kita persepsikan terhadap sesuatu. Dalam sebuah diskusi, biasanya akan saling terjadi diskusi kepentingan, apa yang kita anggap penting – kita ingin juga dianggap penting oleh lawan diskusi kita, demikian pula sebaliknya. Artinya ketika kita berdiskusi, sebenarnya kita bernegosiasi tentang tingkatan skala penting milik kita supaya diadopsi oleh rekan diskusi.

Saya ingin mundur sedikit lebih kebelakang. Penting menandakan adanya ukuran. Ukuran merupakan tolok ukur kita melakukan evaluasi dan penilaian. Kepentingan berarti tergantung dengan ukuran. Perdebatan diskusi sering terjadi karena perbedaan ukuran yang mengakibatkan perbedaan kepentingan.

Dalam wacana politik, hal ini lebih seru lagi. Ukuran menjadi lebih membingungkan karena seolah-olah tidak ada ukuran universal yang disepakati bersama. Seorang pemimpin pemerintahan diserang karena dari sisi ukuran penyerapan anggarannya yang sangat parah. Artinya uang pemerintah yang mengalir ke masyarakat akan berkurang, sehingga ekonomi tentu tidak maksimal. Dahulu ini dosa besar yang memalukan bagi seorang pemimpin pemerintah. Namun saat ini ada ukuran baru seolah-olah timbul, yaitu persepsi korupsi. Daripada diserap penuh, tapi dikorupsi, lebih baik tidak terserap. Apakah yakin yang sudah diserap juga bebas korupsi? Tapi kembali ke topik artikel ini, adalah soal beda ukuran.

Mari kita telaah beda ukuran ke dalam 3 hal:

1. Yang diukur beda (.. termasuk persepsi terhadap definisi ukuran)
2. Ranking ukuran yang beda
3. Skala ukuran beda Lanjutkan membaca “Pentingnya Ukuran”

Superforecasting (Part 2)

Artikel ini ingin melanjutkan artikel sebelumnya yang pernah saya tulis pada akhir tahun lalu. Dalam artikel ini saya mengulas tentang kombinasi penting antara kekuatan pengolahan data dengan kekuatan pengampilan makna dari manusia untuk menghasilkan kemampuan untuk memprediksi masa depan.

Namun ternyata tidak semua orang memiliki kebiasaan untuk menjadi seorang super-forecaster. Saya memilih menggunakan kata kebiasaan (habits) karena kebiasaan merupakan suatu hal bisa dipelajari, dilatih, dan dibangun.

Dari buku aslinya, yaitu Superforecasting: The Art & Science of Prediction, telah dituliskan 10 saran untuk menjadi seorang superforecaster. Di dalam buku ini juga dituliskan ada 4 grup ciri-ciri dari para superforecaster:

  1. Philosophical outlook: Cautious, Humble and Non-Deterministic
  2. Thinking Styles and Abilities: Actively Open-Minded, A need for cognition, Reflective and Numerate
  3. Methods of Forecasting: Pragmatic, Analytical, Dragonfly-eyed, Probabilistic, and Thoughtful Updater and Good intuitive psychologist
  4. Work Ethics: Growth Mindset and Grit

namun saya hanya mengambil beberapa 3 intisari kebiasaan dari apa yang saya tangkap dari buku tersebut. Ketiga intisari yang menurut saya merupakan hal utama yang bisa digunakan untuk menjadi dasar pola dalam menyelesaikan masalah. Lanjutkan membaca “Superforecasting (Part 2)”

Superforecasting

Bisa memprediksi masa depan adalah kekuatan tersembunyi dari semua organisasi di dunia ini. Organisasi bisnis maupun pemerintah ingin mengetahui apa yang terjadi di masa depan, supaya mereka bisa lebih kompetitif dibandingkan lawan karena bisa mengantisipasi masa depan. Ini yang membuat saya tertarik membaca sebuah buku yang berjudul “Superforecasting: The Art and Science of Prediction” karya Philip Tetlock dan Dan Gartner. Apalagi ini tepat akhir tahun 2015, yang biasanya akan diisi oleh kegiatan reflektif serta prediktif untuk menyikapi masa depan. Artikel ini terinspirasi oleh salah satu chapter didalam buku ini.

Tumbuhnya teknologi, terutama teknologi komputasi informasi dan komputer, telah membuka sebuah petak baru teknologi untuk memproses data secara masif kemudian mengambil kesimpulan terhadap data itu. Sehingga istilah “Big Data” muncul.

Sebagai ilustrasi, jika anda pengguna media sosial, mengapa kok iklan yang muncul di media tersebut seperti bisa membaca pikiran kita? Kenapa kok seperti kenal kita yaa? Hobi, apa yang kita sukai, apa yang kita tidak sukai seperti terbaca oleh media sosial ini? Lanjutkan membaca “Superforecasting”

Kemerdekaan 70 Tahun Indonesia ala Berpikir Sistem: Limits of Growth

Menyambut kemerdekaan Indonesia ke 70 di tahun ini, di dunia sebenarnya sedang terjadi kejadian luar biasa yaitu dibukanya kembali kedutaan besar AS di Kuba.  Kuba adalah satu-satunya negara di dunia yang secara indikator memiliki kondisi keberlanjutan yang ideal (versi UNEP Lembaga PBB yang mengurusi soal Lingkungan). Kondisi keberlanjutan adalah kondisi suatu negara dimana terjadi keseimbangan antara kondisi sosial (pendidikan,  kesehatan,  budaya dll),  kondisi ekonomi (konsumsi sama atau tidak lebih dari produksi)  dan kondisi lingkungan (Kuba tidak melakukan eksploitasi yang merusak sumber daya alam dan daya dukung lingkungannya).

Namun tentunya disaat awal,  studi dipublikasikan,  banyak orang terperanjat dan mengira bahwa yang masuk kategori ini adalah berbagai negara maju,  terutama negara-negara yang tergabung dengan berbagi singkatan2 keren seperti G20, G8, APEC,  dsb. Kok bisa Kuba? Yang bahkan mobil-mobil disana masih menggunakan karburator dan merupakan peninggalan teknologi tahun 1960an,  kondisi terakhir ketika Kuba masih menganut pasar terbuka belum dipegang oleh Fidel Castro.

Ternyata walaupun dipandang memiliki tingkat modernitas yang rendah,  pendidikan di Kuba dapat menjangkau semua rakyatnya,  fasilitas kesehatan (walaupun tidak state of the art)  dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat,  ekonomi tetap berjalan dengan tidak konsumsi berlebihan maka sumber daya alam lingkungan mereka terjaga.

Konsumsi berlebihan di kalangan penggiat lingkungan hidup memang dianggap musuh utama yang membuat lingkungan terancam. Dalam diskusi di UI tentang teknologi informasi,  saat ini hampir sebagian besar mahasiswa UI telah memiliki minimal 2 gadget,  Diprediksi setiap orang akan memiliki minimal 3 gadget dalam 5 tahun kedepan (lihat saja perkembangan smartwatch murah saat ini). Setiap gadget akan membutuhkan listrik untuk mencharge battery,  listrik dihasilkan dari sumber daya alam lingkungan,  artinya kebutuhan listrik tidak akan meningkat secara linear tapi secara eksponential.
image

 

Lanjutkan membaca “Kemerdekaan 70 Tahun Indonesia ala Berpikir Sistem: Limits of Growth”

Tips Mendapatkan Topik KP – Kerja Praktek di Teknik Industri

Didalam blog ini, saya sangat sering mendapatkan pertanyaan tentang apa topik yang sebaiknya diambil ketika mahasiswa diterima untuk kerja praktek di suatu perusahaan atau organisasi. Tidak ada yang jawaban yang spesifik yang bisa saya berikan untuk setiap pertanyaan karena setiap tempat kerja praktek pasti unik dan berbeda. Karena keunikan tersebut, tentunya memang ada topik-topik terkini dan spesifik yang dihadapi oleh bidang industri perusahaan atau organisasi tersebut. Namun secara umum, mahasiswa biasanya diberikan topik yang lebih umum dibandingkan topik spesifik mempertimbangkan waktu kerja praktek yang singkat dan tidak memungkinkan sang mahasiswa untuk mempelajari dengan dalam kondisi perusahaan.

Untuk itu saya akan menuliskan tips yang sering saya berikan kepada mahasiswa bimbingan kerja praktek saya untuk mencari topik dalam perusahaan. Ini tentunya dengan asumsi bahwa perusahaan belum memilihkan topik buat anda dan memberikan kebebasan untuk memilih sendiri. Didalam blog ini ada 5 tips yang ingin saya berikan:

  1. Bertanya, berdiskusi dan mengamati adanya permasalahan dalam perusahaan
  2. Pandang perusahaan atau masalahnya dalam 5M
  3. Cari referensi tentang permasalahan atau bidang topik di Internet dengan kata kunci yang tepat
  4. Cari di perpustakaan tentang laporan skripsi dan kerja praktek di bagian saran/kesimpulan
  5. Coba cari apa yang menjadi minat anda dalam bekerja nantinya

Berikut ini adalah penjelasannya,

Lanjutkan membaca “Tips Mendapatkan Topik KP – Kerja Praktek di Teknik Industri”

Mari Puasa Klik Berita dari Orang yang Mencari Popularitas

Tahukah anda, bahwa anda memiliki sebuah kuasa untuk melakukan perubahan terhadap perilaku para politikus atau selebritas kita. Setiap hari saya melihat ada seorang pejabat publik yang sengaja memiliki komentar harian yang bombastis, populis dan nyeleneh, supaya dia bisa masuk berita on-line. Bayangkan: SETIAP HARI!

Tetapi media on-line tidak bisa disalahkan karena mereka menimbang berita dari jumlah popularitas berita tersebut dari jumlah kliknya. Semakin diklik suatu berita maka diasumsikan berita yang sama akan dicari pada saat berikutnya, akibatnya semakin sering berita tersebut ditampilkan. Semakin sering berita tersebut ditampilkan akan menarik perhatian lainnya sehingga semakin di klik oleh orang lain.

Lebih seru lagi jika berita ini dimasukkan dalam status media sosial kita, dari facebook, path atau twitter. Facebook bahkan akan menganalisa bahwa anda “menyukai” nara sumber berita tersebut, sehingga berita dari situs lain akan dicarikan untuk ditampilkan oleh Facebook.

Lanjutkan membaca “Mari Puasa Klik Berita dari Orang yang Mencari Popularitas”