Apa kompetensi puncak seorang teknik industri?

Kompetensi Puncak merupakan terjemahan dari capstone competency. Capstone merupakan singkatan dari “captain stone”, yaitu ada batu kapten. Seorang kapten biasanya berada di depan atau diujung paling atas dalam sebuah rantai komando di lapangan, sehingga istilah ini artinya adalah kompetensi yang merupakan gabungan kombinasi dari berbagai kompetensi sebelumnya atau dasarnya.

Istilah ini penting dipahami bagi perekayasa industri, karena bisa menjelaskan mengapa struktur perkuliahan di TI dirancang seperti sekarang. Namun penjelasannya tidak mudah jika tidak mengerti peran dan pentingnya Captain Stone.

Captain Stone sangat penting karena tanpanya, struktur dibawah akan berantakan. Sama dengan sebuah regu tentara, tanpa pimpinan yang menyelaraskan maka regu akan tidak mencapai produktivitas maksimum bahkan bisa tercerai berai.
image

Jadi di Teknik Industri, capstone memiliki 2 makna utama.

Makna pertama adalah kemampuan desain. Rekayasa membutuhkan kemampuan desain, sehingga pembeda utama “teknik” dengan manajemen adalah kebisaan untuk desain.
image

Jadi apa yang didesain oleh anak TI? Sistem Terintegrasi, dengan berbagai tingkatannya. Dari desain produk, proses, aliran produksi, pabrik, perusahaan hingga rantai suplai.

Makna kedua adalah kemampuan manajerial untuk mengelola para spesialis yang perlu dikoordinasikan. Spesialis keuangan, SDM, mesin, elektro, material dll akan bisa saling bertarung dengan egonya masing-masing. Dengan helikopter view yang dimiliki perekayasa industri, kita harus bisa membujuk, bernegosiasi, mengingatkan bigger common goals dan segala cara sehingga sistem operasi yang lebih baik dapat tercapai.

Menurut saya ada 3 kompetensi puncak yang harus dimiliki perekayasa industri:
1. Operation Continuous Improvement (Six Sigma, Lean Management, 7 Steps of QI)
2. Product Life Cycle Design dari tingkatan sistem mikro ke makro, yaitu dari produk, proses, aliran produksi, pabrik, perusahaan hingga rantai suplai.
3. Systems Engineering. Kemampuan untuk merancang, menginstalasi, mengelola dan meningkatkan sebuah sistem kompleks dari tingkatan proses hingga kebijakan.

Tentunya seluruh kompetensi puncak ini akan membutuhkan berbagai kompetensi dasar dan pelengkap yang tidak kalah pentingnya sehingga fondasi struktur mampu untuk menunjang kompetensi puncak.
 

5 komentar pada “Apa kompetensi puncak seorang teknik industri?”

  1. Pak, saya adalah mahasiswa teknik industri di UTM, saya ikuti terus blog ini. Memang sih pak di TI semua dipelajari, kadang praktikumnya killer.. mohon saran supaya kuliah di TI bisa sukses pak..

    1. Saran saya yang utama adalah belajarlah untuk belajar. Cara belajar kamu telah sukses untuk mengantarkan kamu untuk berkuliah, namun sebenarnya efektivitas dan efisiensinya bisa ditingkatkan. Mulai cari berbagi tips di online tentang misalnya: bagaimana membaca efektif, menulis yang baik, presentasi yang efektif, teknik belajar yang lebih baik dan sebagainya. Gunakan teknik-teknik belajar yang terbukti membantu pemahaman seperti metode SQ3R, MindMap, dan lain sebagainya.

  2. Iya, saya merasa sama. Pikir saya jika master paling ambil MM. Lah, kitakan darah teknik.
    Btw saya banyak menyimak blog ini. Mungkin yang belum di senggol adalah IE di industri migas (hulu-hilir) dan mungkin tema makro ergonomy cocok di sandingkan dengan topik ttg decision making.
    Salam Pak.
    Thx b4 🙂

  3. Pak, saya alumni TI dr PTS. pernah bekerja sbg Auditor ISO selama 2 thn di Industri Tekstil, dan pernah bekerja 4 thn sebagai Loading Master (gudang minyak cpo) di Industri Minyak Sawit (CPO). dan sekarang berkeinginan studi lanjut di jurusan yg sama.

    Permasalahan saya adalah selama sy bekerja bahkan hingga saat ini, saya merasa tdk spt engineer2 (perekayasa) yg dari jur. teknik lainnya.
    Malahan jadi stuck alias tak bisa berkreasi/ber-engineer apa2 dan puncaknya mengalami disorientasi dg luasnya skill TI yg sudah dipelajari tsb, hingga akhirnya sy menyalahkan adanya jurusan TI ini dan menyebutnya sbg Jurusan Teknik Angkara Murka (krn terkesan serakah dg menguasai semuanya).

    bagaimana menurut Bapak? bila saya melanjutkan studi lagi, sy khawatir malah makin tanpa arah krn kebingungan dg luasnya cakupan TI ini…trimakasih Pak, mohon inspirasinya,,, 😉

    1. Ekstrem sekali yaa istilahnya, angkata murka dan serakah. Sayang sekali memang apa yang Kamu rasakan, ini akibat terkadang bidang kerja pertama seorang perekayasa industri memang terlalu mikro sehingga kita tidak merasakan manfaat kombinasi yang didapatkan antara pengetahuan mikro dan makro di teknik industri.
      Secara mikro memang seolah olah perekayasa industri kurang “jago” di bandingkan dengan mesin, elektro, sipil atau yang lainnya. Walaupun jangan suruh anak teknik lainnya untuk mikir duit, jadwal produksi dan safety (5M) karena mereka tidak bisa. Itu semua juga mikro, dan sudah pasti kita jago disitu. Namun ini memang karena bukan itu tujuan utama teknik industri.

      untuk melanjutkan studi, perlu diperhatikan apakah bidang tujuan kamu berkarir nantinya sangat membutuhkan keahlian spesifik atau tidak, dengan memperhatikan kekuatan dari pengalaman kerja kamu saat ini.

Tinggalkan Balasan ke Pras Yojo Batalkan balasan