Apakah berbeda berarti bertentangan?

Istri saya mengemukakan kesimpulan pengamatannya yang menarik ketika makan siang hari ini, yaitu apakah karena kita berbeda pendapat maka kita berarti bertentangan? Sebuah pertanyaan yang menarik pada masa “pendewasaan” kebangsaan Indonesia, yang sedang tumbuh dengan semakin besarnya pengaruh media yang tidak lagi bisa dikatakan netral. (kalau dipikir-pikir, ada nggak yaa di negara manapun dunia ini, yang mengaku demokratis, media nasional yang benar-benar netral?)

Kasusnya sendiri bukan dipicu oleh kasus nasional yang ada saat ini, tetapi lebih “mikro”, yaitu keluhan ibu mertua saya yang bingung sama ketua organisasi sosial yang diikutinya ketika mengambil beberapa keputusan yang memiliki dampak organisasi tetapi tidak melakukan usaha untuk meminimalisasi dampak ini. Bahasa singkatnya: melarang ini itu yang berakibat organisasinya nggak bisa berbuat apa-apa, tetapi tidak ngasih jalan keluar. Ibu mertua saya ingin mendebat atau mengemukakan pendapatnya tetapi takut karena “berbeda” nanti dianggap menantang, apalagi ngerasa sendirian.

Memang dalam dunia politik dan media, kita digiring untuk menjadi lawan atau kawan dari suatu isu, padahal mereka tahu bahwa tidak ada kondisi politik yang benar-benar hitam dan putih, semua memiliki gradasi warna yang halus. Semua yang hitam mengandung putih, semua yang putih mengandung hitam.

Apa artinya? kita seperti sedang diajarkan bahwa berbeda itu berarti menentang, padahal berbeda memiliki pengertian yang jauh beda dengan menentang apalagi menantang. Berbeda adalah berbeda. titik.

Berbeda memiliki makna positif, yaitu ada yang kritis dan ingin mengetahui logika pengambilan keputusan. Berbeda memiliki dampak positif, yaitu membuka kesempatan untuk melakukan dialog dan argumentasi sehat untuk saling mengeksplorasi perbedaan pendapat.

Berikanlah kesempatan untuk berbeda, tanpa harus menganggapnya menentang.

4 komentar pada “Apakah berbeda berarti bertentangan?”

  1. Sebelumnya salam kenal pak……..

    Saya seorang mahasiswa Tek. Industri di salaj satu Universitas di JKT. Saya mo nanya pak, apakah Bpk. ada refernsi materi ttg 8 sigma?? mohon informasinya pak krn metode tsb akan saya gunakan sbg skripsi. Mohon dg sangat ya pak……

    Salam

    1. Harus dibedakan mana 6 sigma sebagai target, dan 6 sigma sebagai konsep dan cara continuous improvement.
      6 sigma sebagai target meminta sistem untuk hanya memiliki 3.4 DPMO. Apakah boleh targetnya lebih atau kurang, misalnya 7 sigma, 8 sigma, atau 5 sigma… yaa boleh-boleh saja, kalau memang tidak mampu atau sangat over mampu.
      Jika targetnya diubah, apakah berarti metodologinya berubah? Misalnya karena mintanya cuma 5 sigma, dikurangi saja nggak usah DMAIC tapi DMAI, atau jika lebih menjadi 8 sigma maka metodologinya ditambahin jadi DMAICAB. Tentunya tidak.

      Artinya 6 sigma sebagai metodologi adalah sama, hanya targetnya yang berbeda.

      Itu pendapat saya

  2. klo dinegara ini berbeda bisa berujung pada pertengkaran.. banyak dilakukan ma pejabat2 kita, klo rapat selalu saling mencaci dan memaki, padahal yg dibahas untuk kepentingan rakyat. klo untuk kepentingan rakyat knp harus saling mencaci?? skrngbudaya musyawarah utk mencari mufakat udh hilang, oting lbh diutamakan. sehinga perbedaan sangat akan terasa yg berujung antara yg satu dengan yg lain saling bertentangan. bahkan bisa jd musuh. :mrgreen:

    1. Tidak semua proses belajar menyenangkan, lebih sering tidak mengenakkan. Saya sih melihatnya sebagai proses pembelajaran. Baik bagi kita maupun bagi yang sedang memegang tanggung jawab. Bagi kita, setelah diri kita sendiri lebih arif, mari kita mengajak kawan-kawan untuk lebih arif memandang apa yang di”tampil”kan dan mengambil kesimpulan yang bijak. Kesimpulan yang bijak akan menghasilkan tindakan yang matang.
      Apakah itu “pertengkaran” atau hanya “keributan”? Bertengkar itu lebih mudah karena kita bisa melihat 2 orang bertengkar, sisi A dan B, orang-orangnya jelas punya prinsip X atau prinsip Y, dst, sehingga dikotomi (2 sisi) sangat jelas. Tetapi keributan sangat sulit untuk dilihat bedanya itu apa. (ribut=suara yang keras dan tidak beraturan), lah yang tadinya prinsipnya X kok jadi Y, dan vice versa. Kepentingan rakyat yang mana yang sedang diributkan? kepentingan saat ini, masa depan jangka panjang atau bahkan lebih gilanya lagi, kepentingan yang sudah lewat alias balas dendam?

Tinggalkan Balasan ke muhammad zakariah Batalkan balasan