Membumikan Konsep

Istilah membumikan konsep tiba-tiba terlintas didalam pikiran ketika akan menulis blog ini. Salah satu motivasi penulisan ini adalah begitu banyaknya konsep-konsep yang baik di dunia ini, tetapi begitu kita dicoba diimplementasikan di negara kita atau “rencananya” akan diimplementasikan, timbul pertanyaan: gimana caranya?, mulai dari mana? atau bahkan: bisa nggak konsep ini dijalankan?

Mengingat tatanan konsep biasanya berada di”atas” sana atau awang-awang, maka perlu untuk diturunkan ke tingkat lebih terjangkau yang berarti dibumikan. Teman saya memberikan pula sebuah kata alternatif yaitu “meng-operasionalkan” konsep. Akan tetapi, kata operasionalisasi itu sebenarnya telah melewati beberapa tahapan penting, yang salah satunya adalah “menterjemahkan” konsep kedalam sebuah rencana langkah-langkah (process design). Jadi operasional bisa dilakukan setelah “dibumikan”: diterjemahkan dalam konteksnya

Berikut adalah beberapa blog tentang membumikan konsep

Silahkan membaca …

15 komentar pada “Membumikan Konsep”

  1. asslamualaikum mau tanya pak apa perbedaan six sigma di jepangan dengan six sigma di amerika dan mengapa di jepang ada six sigma ??? trimakasih

    1. Setahu saya, Jepang tidak menggunakan six sigma, karena six sigma merupakan kekhasan Amerika. Jepang memiliki TQM dan Quality Improvement. Korea setahu saya yang menggunakan Six Sigma, itupun karena mereka tidak suka menggunakan gaya Jepang, karena pernah menjajah mereka.

  2. Salam sejahtera pak, saya masih blum jelas dengah pemakaian istilah” six sigma” kolerasi empiriknya dgn out put 3.4 DPM, kalau two sigma gimana, 3 sigma, 4 sigma, 5 sigma, dls. Atau kah hanya berhenti sampai 6 sigma? atau bisa mencapai 10 sigma?? mohon di sharing pak. trims

    1. Sederhananya begini, Six Sigma adalah pembagian area dimana reject boleh terjadi, artinya semakin tinggi sigma maka yang tadinya masih diterima, sekarang menjadi tidak terima. Jadi nilai sigma yang tinggi akan memiliki nilai DPM yang semakin rendah. Untuk six sigma = 3.4 DPM. Secara probabilistik maka 1 2 3 6 sigma = 68% 95% 99.7% dan 99.9999998%.

  3. wah saya sebenarnya sedang mempelajari kaizen, namun kaizen ini sering terkait dengan six sigma jadi saya sedang mencoba mencari keunggulan kaizen sibanding six sigma, alasan saya mungkin karena beberapa tahun ini perusahaan amerika mulai melirik metode yang digunakan di manufaktur jepang

    1. Sudah tidak melirik lagi sebenarnya, karena six sigma itu adalah adopsi dari metode yang digunakan di jepang.

      Sama dengan konsep lean dan just in time, yang merupakan adopsi dari toyota production system.

      Jika anda jabarkan lahirnya semua konsep-konsep kualitas berdasarkan waktu, makan akan terlihat aliran waktunya.

  4. bagus juga ni blognya pak, saya mau bertanya pak terkait dengan kaizen dan six sigma yang disinggung diawal tadi, apa sih perbedaan mendasar six sigma dengan kaizen, karena kalo saya lihat sangat mirip keduanya

    1. Six Sigma dan Kaizen memiliki kesamaan mendasar, bukan perbedaan mendasar. Anda harus memperhatikan sejarah dari konsep peningkatan kualitas.

      Kaizen merupakan dasar dari Six Sigma. Six Sigma itu merupakan iterasi “terakhir” dari penterjemahan konsep peningkatan kualitas secara berkesinambungan, yang awalnya di Jepang diterjemahkan ke PDCA lalu diterjemahkan lagi menjadi 7 steps of quality improvement dengan 7 tools of qualitynya. Di Indonesia di tahun 80an dikenal dengan TULTA (Tujuh Langkah Tujuh Alat).

      Six Sigma menterjemahkan konsep 7 Steps dengan gaya orang Amerika, karena merasa 7 Steps tidak memiliki korelasi yang jelas dengan peningkatan profit. Profit jangka pendek merupakan sesuatu hal yang dalam korporasi Amerika menjadi tujuan utama, berbeda dengan perusahaan Jepang yang memproritaskan pada pertumbuhan jangka panjang. Itulah mengapa jika dalam 7 steps dikenal faktor peningkatan kualitas mencakup QCDSM (Quality, Cost, Delivery Time, Safety and Moral) dimana SM sulit dijustifikasi secara finansial, sedangkan didalam six sigma pada awalnya tidak dikenalkan hal ini, namun langsung ke Cost. Tetapi semua metode ini akhirnya berevolusi sama, six sigmapun ketika diaplikasi ke jasa atau organisasi non-profit mulai mempertimbangkan hal lain kecuali cost.

      Siapa tahu anda juga ingin membuat metode baru? dengan nama anda mungkin?

  5. Assalamualaikum Pak,
    terima kasih atas blognya yang membuka wawasan teknik industri dan mengarah ke sistem kualitas bagi saya.
    Mohon pencerahan dari bapak, bagaimana saya dapat mengaitkan antara financial, supply chain, dan marketing…karena beberapa saat ini saya sangat kagum dengan bisnis JNE dan Tiki, bisa gak yah stock pangan kita”WNI” aman dan murah apabila sahabat – sahabat di regulator dapat mengatur seperti TIKI dan JNE…..terima kasih

    1. Tentang mengaitkan bidang yg berbeda, menurut saya adalah dengan menciptakan common indicators atau indikator bersama. Secara alami, antar bidang memang sulit untuk bekerjasama akibat tujuan yg berbeda dan ego yg kuat, sehingga perlu ada dorongan untuk menjadikannya sebagai satu crossteam yg saling mendukung. Ciptakanlah sistem indikator yg mendorong kolaborasi, menghilangkan unsur kompetisi yg saling melemahkan dan memperkuat unsur kompetisi yg menguatkan.

      Kenapa sistem logistik negara kita tidak bisa seperti JNE atau lainnya, yaa selain karena tidak jelas indikator bersama juga tidak adanya unity of command serta tidak adanya kompetisi yg sehat. Ketika demokrasi bentuk saat ini yg kita pilih, kita seolah2 alergi dengan lembaga superbody, padahal super problem requires super solutions that is coming from super institution. Super ini bukan berarti menakutkan yaa tapi super pintar, yg benar2 tahu problemnya, memiliki mekanisme knowledge building dan maintenance yg kuat, serta tidak berpikir jangka pendek seperti politik.

      Padahal logistics is a multi complex system, jadi nggak bisa pake solusi partial. Sudah terbukti kok, kalau udah bicara problem multisektoral, pemerintah seperti kehilangan akal. Padahal bukan karena kehilangan akal, tapi dari awal tidak ada akalnya, karena tidak disiapkan. (You cannot loose what you do not have).

      Tapi yaa itu, khan pemerintah kita nggak ada kompetitornya yaa, nggak bisa dg mudah kita pilih yg lain kaya’ milih taxi. So anda mau protes apa aja asal nggak seperti demo di timur tengah, yaa emang didengerin atau tidak, tergantung deket pemilu atau tidak.

  6. Assalam mualaikum, pak saya mau nanya, perbedaan Lean manufacturing dan BPR ( Bisnis proses re-engineering) apa ya..? kalo di indonesia Lean dan BPR mana yg paling tepat digunakan..??

    regards..

    1. Lean manufacturing lebih bersifat continuous improvement, sedangkat BPR merupakan radical improvement.

      Lean manufacturing secara terus menerus mencari kesempatan dan melakukan perbaikan untuk mengurangi ineffisiensi yg disebut waste.

      BPR meminta kita mendesain ulang seluruh proses dengan ‘mata’ baru (fresh eyes), idealnya bahkan ‘melupakan’ kondisi saat ini dan masa lampau, untuk merancang ulang sistemnya. Sehingga BPR pasti akan bisa menghentikan proses atau mengganggu proses yg sedang berjalan.

      Apakah berarti lean manufacturin sama dong dengan quality improvement? Yaa dan tidak. Yaa karena memang semangatnya sama, setiap saat harus ada perbaikan. Tidak karena di lean, tidak disyaratkan adanya metodologi tertentu, sedangkan di quality memiliki basis metodologi berbasis pada kaizen, yaitu pdca. PDCA berevolusi menjadi 7 langkah dan six sigma.
      Itulah mengapa ada penggabungan keduanya menjadi lean six sigma, utk saling melengkapi.

      Mana yang cocok di Indonesia? Wah sulit, karena batasannya luas sekali, sehingga variable penimbangnya juga membludak. Mungkin lebih baik memandangnya sebagai cocok pada situasi apa?

      BPR biasanya high cost dan high effort, dan meminta komitmen pemilik perusahaan untuk mau ‘rugi’ sebentar ketika sistem dibangun ulang, dg janji keuntungan yang jauh lebih. Istilahnya “loncatan’ efisiensi.

      Lean lebih low cost (lebih yaa, bukan berarti bener2 low cost, karena jangka panjang, jadi mungkin ditotal kalau 20th gedhe juga). Ada prinsip ‘pick the low hanging fruit first’, kalau mau makan buah ambil yg gampang dulu, nggak usah sok disimpen2 nanti. Prinsip ini mengatakan small multiple success would invites big success. Karena lean lebih cepat memberikan hasil sehingga lebih mudah dijual ke pemilik perusahaan.

      Kira2 kalau di Indonesia yang mana? Pasti udah kebayang jawabannya.

  7. Salam sejahtera, Pak..
    Isi blog Bapak bagus sekali.. sangat informatif..
    saya baru bekerja di perusahaan yg mnrt saya cukup fokus pada continuous improvement.. sebagai fresh graduate yg tidak berbasis ilmu Teknik Industri, saya sdkt bingung dengan lean manufacturing krn luasnya cakupan ilmu tersebut. sebenarnya apa kaitan antara lean dan kaizen ya Pak? lalu bagaimana kaitannya dengan PDCA? jika saya ingin membuat laporan mengenai hasil pengamatan dan improvement yang telah saya lakukan, sebaiknya kerangka laporan saya berbasis pada 7 steps of quality improvement atau six sigma (DMAIC)? terima kasih..

    1. Anda harus membedakan 4 hal dalam memahami buku-buku manajemen: pendekatan (prinsip/konsep), metode, alat dan model. Lean dan kaizen merupakan ranah pendekatan, walaupun saya pribadi memandang kaizen lebih luas dan lebih dahulu dari lean.

      Kaizen dikenalkan ketika orang amerika bertanya-tanya tentang kunci kembalinya jepang dari kekalahan perang menjadi produsen produk berkualitas di dunia: yaitu continuous improvement, sehingga melahirkan konsep quality management. Metode utama yang paling populer dalam quality adalah 7 steps (langkah) dan six sigma. Anda mungkin sudah menyadari yaa bahwa 7 steps dan six sigma itu basisnya adalah PDCA juga, hanya yang satu gaya jepang dan yang lain gaya amerika. Toolsnya adalah 7 tools atau six sigma tools, tentunya disetiap tools juga ada “metode” kecil (cara menggunakannya)

      Lean dipopulerkan oleh buku the machine that changed the world (womack) yang menyoroti bahwa inti efisiensi adalah paradigma ramping (lean thinking), yang mencoba untuk mencari dan menghilangkan segala hal yang tidak memiliki nilai tambah (perhatikan kata : segala hal). Toolsnya adalah value stream map, 5S, poke yoke, SMED (Single Minute Exchange Dies), dimana disetiap tools ada metode sederhananya (cara). Anda mungkin merasa “luas” karena banyaknya cara yang harus dipelajari, atau karena terlanjur mencoba memahami Toyota Way. Toyota way sebenarnya merupakan model gabungan dari quality dan lean, jadi yaa memang banyak sekali materinya yaa.
      Di lean memang tidak ada metode utama, karena konsepnya adalah “anytime, anywhere, anyhow”, jadi setiap saat terjadi inefisiensi maka harus diperbaiki, bahkan terkadang tidak perlu menunggu adalahnya “kelompok”, setiap individupun bisa melakukannya.

      Lean tentunya beririsan dengan quality, karena sebenarnya keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu improvement hanya pendekatannya yang berbeda. Ada beberapa pakar yang membedakan lean sebagai efisiensi improvement via eliminating waste, sedangkan quality yaa quality improvement jadi lebih luas. Saya terkadang menjelaskannya dengan mengatakan bahwa lean = menghilangkan yang buruk, sedangkan quality = meningkatkan supaya baik (negatif vs positif).

      Keunggulan quality adalah adanya metode utama yang seragam dan bisa diaplikasikan dimanapun (manufaktur dan jasa) dan untuk aspek apapun (QCDSM). Fleksibilitas ini menuntut lebih, yaitu SDM yang lebih lama untuk dilatih (biasanya butuh waktu lebih dari 1 tahun, untuk melatih penggunaan alat statistik, pemahaman metode, bekerjasama kelompok dsb).
      Lean juga memiliki keunggulan, yaitu kemudahan philosophynya, tidak membutuhkan kelompok, bisa bersifat top down. Lean masih agak terkeok-keok ketika dicoba dijabarkan pada dunia jasa, kerena ketiadaan single methodologynya.

      Tentang 7 steps dan DMAIC, saya kira tergantung dari tempat pekerjaan anda, toh keduanya memang dari PDCA, jadi sudah terbiasa yang mana, karena kebiasaan akan penting untuk bisa memahami apa yang telah anda lakukan. DMAIC sangat ketat meminta adanya beberapa tools utama yaitu sigma level, Cp/Cpk, CTQ Map, jadi terkesan lebih sulit untuk pemula, sedangkan 7 steps lebih leluasa memberikan kebebasan bagi penggunanya untuk memilih tools dan 7 tool sangat mudah untuk dipahami dan sebenarnya sudah cukup.

  8. askum pakk…begitu liat n baca…tnyata aku langsung tertarik buat ngopi topik2 yang ada di blog ini buat bacaan dirumah…(mohon ijin buat ngopi yang pak..^_^)…aku seneng banget bisa dapat ilmu tambahan sebagai anak T Industri…terimakasih banyakkk pakk…boleh kan pak kalo ada waktu untuik sharing sam bapak lewat email…terimakasih

Tinggalkan komentar