Judul manajemen jalan-jalan merupakan terjemahan bebas dari konsep management by walking around (MWA) yang pertama kali saya baca dilakukan oleh duo Hewlett & Packard, para pendiri produsen komputer HP. Pada masa pertumbuhan HP, duo pendiri ini sering berjalan-jalan ke lantai produksi dan operasi untuk berdiskusi langsung dengan insinyur, desainer produk, dll. Konsep manajemen ini untuk memotong penyakit perusahaan yang besar yang biasanya memiliki alur komando pengambilan keputusan yang panjang, sehingga bisa lebih responsif terhadap keinginan pelanggan atau peluncuran produk baru.
Konsep ini juga ternyata ada dalam kualitas yang disebut dalam bahasa jepang sebagai Gemba, lihatlah masalah pada tempatnya. Secara tersurat, kita diminta turun ke lokasi permasalahan untuk memahami permasalahannya secara langsung. Namun yang lebih penting lagi, secara tersirat, lihatlah masalah dalam konteksnya. Pemahaman Kontekstual bisa mencakup dimensi ruang lokasi, waktu, fungsi atau skala.
Ada trend baru politik Indonesia dengan konsep yang mirip dengan MWA atau Gemba. Di politik saya dengar namanya adalah Retail Politics, yaitu sebuah proses mencari suara dengan datang ke kantong-kantong suara secara langsung dan “menyapa warga”. Kalau di Amerika, secara sejarah ternyata memang ada beberapa negara bagian atau provinsi yang “mewajibkan” kandidat presiden untuk melakukan ini, baik secara pribadi atau melalui sukarelawan yang mengetuk pintu untuk berkampanye. Mereka tidak peduli program kerja, artis, facebook, twitter selama belum ketemu langsung maka mereka tidak akan memilih. Memang terlalu dini dalam sejarah demokrasi Indonesia untuk mengetahui apakah hal ini juga berlaku, namun sementara ini kesimpulan umum saya, kita suka hal yang “beda”. Terkadang ndak peduli bahwa beda belum tentu lebih baik. Dulu presiden ndak suka ngomong, sekarang suka yang curhat, nanti berikutnya mungkin ndak ngomong lagi. Lanjutkan membaca “Manajemen Jalan-Jalan – Gemba – Management by Walking Around”
