Teknik Industri dan Industri 4.0

Kurikulum Teknik Industri haruslah adaptif terhadap berbagai perubahan di dunia industri. Perubahan terbesar yang sedang dan akan terus berjalan adalah Revolusi Industri 4.0. Namun sebagian besar interpretasi terhadap dampak Industri 4.0 adalah berbasis kepada interpretasi yang dilakukan oleh konsultan global, dengan fokus ke arah perubahan organisasi. Hingga saat ini belum ada kesepakatan tentang bagaimana sebaiknya kurikulum teknik industri disiapkan untuk era perubahan akibat Revolusi Industri 4.0.

Slide presentasi ini merupakan eksplorasi pribadi terhadap apa yang bisa menjadi dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap sub-kelompok ilmu di ISE BOK (Industrial and Systems Engineering Body of Knowledge) yang disusun oleh IISE. Anda dapat unduh disini.

Evidence Based Policy Making

 Evidence Based Policy Making (EBPM) atau Pengambilan Kebijakan berbasis Bukti/Fakta merupakan sebuah proses pengambilan kebijakan yang berbasis kepada bukti. Ini merupakan lawan dari pengambilan kebijakan yang hanya berlandaskan kepada preferensi pribadi yang cenderung emosional, berjangka pendek, berbasis pengalaman lampau, apalagi hanya untuk menyenangkan atasan.

Indonesia memang masih harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan, dengan berbagai ketidaktepatan kebijakan yang telah kita buat dimasa lampau. Namun bekerja keras tanpa ada tujuan yang jelas dengan basis asumsi masa lampau yang tidak tepat, akan membuat kita salah arah dan juga berpeluang membuat kesalahan baru. Kesalahan baru yang berbeda dari kesalahan yang telah dibuat, yang akhirnya menjebak diri kita ke sebuah pusaran tanda akhir membuat kesalahan kebijakan.

Sebagai contoh konsep sasaran yang ingin dicapai dalam kebijakan, para pengambil kebijakan sering lupa bahwa konsep sasaran tidaklah statis, tapi dinamis tergantung perubahan yang terjadi. Sebagai contoh ketika terjadi diskusi di Universitas Indonesia untuk mengejar ketertinggalan publikasi internasional dibandingkan negara tetangga, timbul optimisme bahwa secara trend kita akan mengalahkan saingan terdekat kami di regional Asia. Namun, optimisme itu menjadi berkurang, ketika diskusi mengarah, bukankah di universitas pesaing akan melihat posisi kita yang mengejar, sehingga bereaksi pula untuk meningkatkan publikasinya pula. Inilah yang disebut “Dynamic Moving Target” atau sasaran bergerak.

The best will be copied by the next best, and some copies will be better than the original.

Sehingga inovasi harus terus dikembangkan dan rasa nyaman terhadap status quo harus selalu secara rutin digoyang untuk berkreasi. Biasanya ketika dipaksa berubah, maka manusia akan melawan balik dengan berbagai cara untuk membatalkan perubahan. Cara yang terbaik adalah berbasis kepada fakta. Jika sebuah diskusi perdebatan berlandaskan kepada fakta, maka lebih mudah mengarahkan perubahan. Karena fakta memiliki kekuatan yaitu sulit didebat dibandingkan asumsi maupun emosi. Ketika fakta lingkungan berubah maka kita juga harus mengubah strategi antisipasinya.

Disinilah letak EBPM.

Lanjutkan membaca “Evidence Based Policy Making”

Responsible Innovation

Memenuhi undangan untuk menjadi ko-promotor dan penguji dalam Sidang Terbuka di TU Eindhoven Belanda beberapa waktu lalu, telah mengingatkan saya tentang salah satu pengembangan topik pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yaitu tentang inovasi yang bertanggung jawab (Responsible Innovation atau RI). RI , atau dikenal pula sebagai Responsible Research and Innovation (RRI), salah satunya didefinisikan sebagai proses riset dan inovasi yang mempertimbangkan tidak hanya dampak ekonomi, namun juga dampak sosial dan lingkungan, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Ini berarti inovasi tidak hanya harus berbasis kepada pasar (market-based innovation), tapi juga memiliki tanggung jawab lebih terhadap sosial manusia dan lingkungan.

Inovasi sendiri didefinisikan sebagai pengenalan sesuatu hal yang baru secara relatif terhadap komunitas tujuan dari inovasi tersebut. Sehingga penggunaan BBG atau mobil listrik, sebagai bentuk inovasi, mungkin bukan hal yang baru di negara maju, tetapi merupakan hal yang baru di negara berkembang. Internet bukanlah inovasi di kota besar di Indonesia, tetapi merupakan inovasi di desa yang belum mengenalnya.

Penjabaran inovasi yang tidak bertanggung jawab (responsible) adalah prasyarat dari kegagalan adopsi dari inovasi tersebut. Dengan tidak mempertimbangkan resistensi dari manusia (sosial) dan dampak negatif yang mungkin muncul di lingkungan, maka sebuah inovasi bisa gagal untuk dilaksanakan seusai target awal. Sehingga proses Responsible Innovation merupakan proses preventif dan iteratif yang melibatkan diskusi dengan stakeholders untuk memetakan berbagai kemungkinan dampak yang timbul dan cara mengatasinya. Dengan demikian, sejak awal proses inovasi telah secara lengkap mencakup penanganan kemungkinan kegagalan.

Untuk itu Kerangka Kerja RI biasanya terdiri atas 5 hal yaitu: anticipation, reflexivity, responsiveness, deliberation, and inclusiveness yang pada intinya ingin membangun “tanggung jawab” terhadap inovasi. Lanjutkan membaca “Responsible Innovation”

Berpikir Sistem: Mari melihat struktur, tidak pada kejadian semata

“tidak bisa move on”, “tagih janji”, “tidak akan sama”, “ini salah itu..”, “mari rasional” adalah hal-hal yang saya sering baca pada berbagai status media sosial teman-teman saya seiring dengan alur drama pilkada DKI Jakarta yang ternyata masih berlanjut kelihatannya )seperti layaknya sinetron yang laris yang mencapai 10 musim).
Namun yang menarik, di harian ternama dan terbesar di negeri ini, berita tentang rancangan perubahan pemilu legislatif menempati halaman ke 3 sedangkan berita tentang pilkada masih mendominasi dihalaman pertama. Padahal apa yang kita dapatkan pada kejadian hari ini adalah berasal dari berbagai struktur yang secara langsung atau tidak langsung kita setujui bersama di masa lalu. Kita kan setuju bahwa kita memilih demokrasi sebagai cara untuk memilih pemimpin. Bahwa ketika ternyata pemimpinnya bukan yang kita inginkan, kita mau ngomong bahwa kita dulu nggak setuju demokrasi, kenapa dulu nggak ngomong waktu reformasi bahwa kita lebih suka orde baru.
Saya sih suka melihat semangat teman-teman saya dari semua kubu untuk mendukung, dan saya berharap semangat ini tetap berlanjut untuk mendorong perubahan yang lebih baik di negara kita. Mari disalurkan semangat anda ke mendorong perubahan struktur, supaya kejadian yang anda rasakan dan menurut anda tidak benar bisa diperbaiki pada akarnya. Apa yang saya maksud dengan struktur? yaitu peraturan perundang-undangan.
Bagaimana regulasi harus diubah supaya pilkada tidak menjadi seperti trah keluarga, bagaimana caranya supaya pemerintahan bisa lebih transparan, sudahkah anda mengirimkan karangan bunga ke DPR yang lagi seru sama KPK, sudahkah anda memberikan pengertian ke masyarakat untuk melihat bahwa hal ini bisa terjadi karena kita tidak mendorong perubahan struktur, bahwa pekerjaan seorang pemimpin yang baik dan pada alurnya perlu dibentengi oleh struktur sehingga tidak terganggu, dst.

Untuk pertama kalinya kan di Indonesia ada gerakan massa yang tidak dimotori mahasiswa, dan bisa terjadi secara spontan dan relatif damai. Jadi jika anda kecewa, gembira, apatis dsb terhadap apa yang terjadi pada kejadian yang lebih sementara dan jangka pendek ini, maka mari kita mulai menggunakan energi kita untuk bergerak obyektif untuk membenahi struktur yang lebih permanen dan jangka panjang.
Kejadian yang terjadi saat ini adalah merupakan hal yang kita setujui di masa lalu, dan kejadian masa depan yang masih bisa berubah bisa kita mulai saat ini.

Catatan kecil:

Sebenarnya saya sempat berjanji kepada diri sendiri untuk menghindari berkomentar dan berartikel tentang pikada DKI Jakarta, karena melihat kok semuanya susah yaa melepaskan diri dari pelabelan cepat bahwa ini pendukung situ, itu pendukung sini dst., lalu dari label itu kita seperti tidak ada habisnya harus berdiskusi tanpa kedua belah pihak mau untuk mengubah pandangannya dari apa yang didapatkan dari diskusi tersebut. Ketika sebuah diskusi menjadi seperti ini, yaa bangsa kita punya istilah unik soal ini, namanya debat kusir. Saya sih masih mencari kenapa kok istilahnya debat kusir… apakah pernah terjadi debat antar 2 kusir delman, antara kusir dan penumpang, antara kusir dan penyeberang jalan atau bagaimana asal muasal istilah “debat kusir”. Ada yang tahu?

Problem Solving dengan Prinsip Rekayasa Industri dan Sistem

Artikel ini untuk memberikan penjelasan bagi mahasiswa yang akan mengikuti kompetisi ISEEC UI (d/h LKTI UI) untuk memberikan gambaran ekspektasi dari solusi yang diberikan ketika memasuki tahap studi kasus atau permasalahan. Solusi yang diberikan diharapkan memiliki prinsip dan perspektif sistem yang memiliki kekhasan tertentu seperti yang diuraikan dalam slide berikut ini.

Kompleksitas Baru akibat Media Sosial: Hentikan Aliran Informasi Negatif

Ketidakpastian adalah sebuah kondisi yang tidak menyenangkan. Ketidakpastian juga membuat permasalahan menjadi kompleks dan sulit dalam mengambil sebuah keputusan.

Biaanya, sesuatu hal menjadi tidak pasti karena terbatasnya informasi yang kita miliki. Namun yang menarik dalam dewasa ini ketidakpastian malah timbul dengan semakin banyaknya informasi yang mengalir melalui saluran media sosial.

Artikel ini merupakan bagian dari 3 artikel yang mencoba melihat bagaimana prinsip sistem bisa digunakan untuk mengatasi hal ini. Pemerintah telah menuju arah yang tepat, namun sayangnya metode dan cara yang dilakukan terlalu berorientasi pada jangka pendek, padahal permasalahan kompleks membutuhkan solusi jangka panjang.

Menggunakan prinsip dan pemahaman tentang sistem, maka beberapa hal yang dapat anda lakukan dalam kacamata berpikir sistem:

  1. Pahami konteks
  2. Hentikan Aliran  Informasi Negatif
  3. Perkuat Struktur yang Baik

 

Putuskan arus informasi yang membuat siklus melingkar

Jika anda melipat dua bagian dari sebuah kertas A4, menurut anda mungkinkah anda melipat lebih dari 10 kali kertas yang sama secara terus menerus?*

Dengan jumlah penduduk yang besar, maka seorang Indonesia pasti akan memiliki jumlah “Teman” yang banyak. Jika anda programmer dari facebook, bagaimana jika 50 teman media sosial anda posting secara bersamaan? Apakah berarti di page anda dalam detik tersebut akan ada 50 post yang ditampilkan. Bayangkan betapa tidak menyenangkan hal ini. Sehingga mereka bekerja keras untuk menyempurnakan Facebook Secret Formula untuk menampilkan postingan yang menurut mereka anda perlu baca. Salah satunya adalah dengan meranking teman anda, karena secara natural, kita secara tidak sadar juga meranking teman kita. Itu mengapa facebook akan mengambil data anda tentang siapa pasangan, keluarga, close friend teman SMA, teman SMP dst, lalu mengumpulkan juga topik apa yang anda sukai dan tidak sukai, mana berita yang anda click untuk baca, berapa lama anda berhenti dalam sebuah postingan dst. Tentunya anda tidak perlu merasa tersanjung karena kok ada orang yang baik hati dan mengamati anda secara pribadi. Proses ini dilakukan secara otomatis dengan menggunakan machine learning di berbagai fasilitas komputasi facebook yang luar biasa kapasitasnya.

Namun apa artinya? Artinya apa yang anda baca di facebook telah difilter sedemikian rupa sehingga seolah-olah semua orang setuju dengan anda, seolah-olah kelompok anda paling benar karena kan ternyata postingan yang senada sering saya baca, kelompok lain salah dst. Wawasan anda sebenarnya menyempit karena seolah-olah semua pendapat berbeda tidak ada, dan anda merasa benar sendiri. Lha kalau anda merasa benar, bukankah yang disebelah sana juga berhak untuk merasa benar?

Apa yang dilakukan pemerintah dengan mengejar hoax dan sebagainya telah mendapatkan dukungan dan tantangan karena dianggap pintu masuk untuk tindakan yang lebih represif. Namun jika yang ingin dikejar adalah membuat dan mengingatkan masyarakat berpikir sebelum meneruskan sebuah berita yang tidak tahu keasliannya, maka sebenarnya cukup efektif. Namun masih banyak cara yang tidak bisa dikontrol, facebook bisa hanya closed friends, WhatsApp group masih memungkinkan, dst.

*Ini adalah kasus klasik untuk menjelaskan konsep exponential growth:
Suppose that you start with an standard A4 sheet of paper – about 300 mm long, and about 0.05 mm thick.
The first time you fold it in half, it becomes 150 mm long and 0.1 mm thick. The second fold takes it to 75 mm long and 0.2 mm thick. By the 8th fold (if you can get there), you have a blob of paper 1.25 mm long, but 12.8 mm thick. It’s now thicker than it is long, and, if you’re trying to bend it, seems to have the structural integrity of steel.

However, there are some successful attempt on this:

  1. Folding Paper in Half 12 Times: http://pomonahistorical.org/12times.htm
  2. Mythbuster TV Series: https://youtu.be/kRAEBbotuIE

In fact, if you had a sheet of paper, and folded it in half 50 times, how thick would it be?

The answer is about 100 million kilometres, which is about two thirds of the distance between the Sun and the Earth.

Kompleksitas Baru akibat Media Sosial: Perkuat Struktur Baik

Ketidakpastian adalah sebuah kondisi yang tidak menyenangkan. Ketidakpastian juga membuat permasalahan menjadi kompleks dan sulit dalam mengambil sebuah keputusan.

Biasanya, sesuatu hal menjadi tidak pasti karena terbatasnya informasi yang kita miliki. Namun yang menarik dalam dewasa ini ketidakpastian malah timbul dengan semakin banyaknya informasi yang mengalir melalui saluran media sosial.

Artikel ini merupakan bagian dari 3 artikel yang mencoba melihat bagaimana prinsip sistem bisa digunakan untuk mengatasi hal ini. Pemerintah telah menuju arah yang tepat, namun sayangnya metode dan cara yang dilakukan terlalu berorientasi pada jangka pendek, padahal permasalahan kompleks membutuhkan solusi jangka panjang.

Menggunakan prinsip dan pemahaman tentang sistem, maka beberapa hal yang dapat anda lakukan dalam kacamata berpikir sistem:

  1. Pahami konteks
  2. Hentikan Aliran  Informasi Negatif
  3. Perkuat Struktur yang Baik
Perkuat Struktur yang Baik

Ada sebuah cerita menarik tentang bagaimana kita disarankan untuk mengatasi sebuah emosi negatif yang terkadang bisa menguasai diri kita. Ceritanya tentang seorang anak yang diajak orang tuanya berwisata keluar kota menjadi ngambek dan sebel karena pengin main game dirumah saja. Selama perjalanan, si anak ngomel dan ngedumel untuk meneror sehingga orang tuanya menyerah dan kembali pulang, dan dia bisa meneruskan bermain game di rumah. Bahkan ketika sampai ditujuan, sang anak tidak mau turun untuk memprotes keputusan untuk bermalam di sebuah villa terpencil di luar kota. Tidak ada bujukan orang tua yang mempan untuk membuatnya turun.

Namun tiba-tiba si anak mendengar seekor kucing kecil yang mengeong minta perhatian. Dia melihat ada sebuah kucing kecil kurus yang kelihatannya dibuang didaerah tersebut. Merasa kasihan, dia segera meloncat turun dari mobil, mengambil si kucing masuk kedalam rumah, dan merawatnya tanpa ingat bahwa sebenarnya dia “seharusnya” marah karena diajak keluar kota.

Struktur permasalahan kompleks memiliki berbagai sub-struktur yang saling berhubungan. Struktur yang dimaksud adalah hubungan interaksi antar faktor penyebab dan dampaknya, sehingga timbul hasil yang saling menguatkan dan melemahkan. Artinya ada struktur yang menguatkan dan ada pula struktur yang melemahkan, namun berbagai struktur ini memiliki kekuatan yang dinamis naik dan turun.

Dalam pemahaman sistem, ada fenomena yang disebut limits to growth, yaitu suatu kondisi ketika hasil yang didapatkan ternyata menurun padahal usaha yang dilakukan ditingkatkan. Seolah-olah terdapat batasan sehingga tidak bisa tumbuh kembali (limits to growth). Salah satu kemungkinan hal ini terjadi adalah adanya sebuah struktur laten yang aktif pada suatu kondisi tertentu yang mendorong negatif semua usaha keras kita. Berusaha lebih keras hanya sukses di saat awal, namun seiring dengan menguatnya struktur negatif ini, maka usaha lebih keras tidak ada gunanya. Dalam struktur permasalahan semacam ini, bekerja lebih pintar lebih baik daripada bekerja lebih keras.

Di Indonesia, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sedang digencarkan kembali maka dapat diartikan pemerintah sedang mencoba menguatkan struktur positif untuk lebih kuat dibandingkan dengan struktur. Namun kembali, bukan berusaha lebih keras yang harus dilakukan, namun berusaha lebih pintar. Di organisasi, perubahan struktur hanya bisa dilakukan melalui perubahan cara pandang manusia dan perubahan peraturan. Menggalakan kembali, mirip dengan asal katanya yaitu galak, bisa jadi efektif, tapi sampai kapan seorang bisa galak terus menerus?

Jadi mulailah diri kita untuk mendukung struktur yang baik. Saya tidak meminta anda untuk ikut demo tandingan, karena namanya juga tandingan, kan setara. Jadi kalau ada demo politik, tandingannya? demo politik juga. Mulailah anda bercerita tentang kebhinnekaan di keluarga, tempat kerja dsb setiap ada kesempatan dan tunjukkan dukungan namun tidak terjebak dalam arus politik.