Rebutan Bendera dan Nasib Para Perancang

Ketika memulai mengumpulkan pengalaman sebagai konsultan, terutama konsultan di pemerintahan, saya mendapatkan nasehat berharga dari guru saya tentang Bendera. Sebelum saya ceritakan maksud utama tulisan ini, maka kita lihat dulu fungsi utama Bendera.

Bendera adalah sebuah alat untuk menarik perhatian. Bendera suatu negara, bendera organisasi, atau bendera suatu acara, adalah untuk menarik perhatian orang yang melihatnya. Bendera yang berkibar membuat seseorang secara otomatis tertarik perhatiannya mencari makna terhadap tentang simbol yang diletakkan di bendera.

Orang yang mengkibar-kibar bendera juga ingin supaya benderanya dilihat sehingga walaupun melelahkan, tapi tetap ada mau melakukannya. Mengapa? Karena yang ikut memegang bendera, ikut terlihat, sehingga secara otomatis ikut “ngetop”. Jadi sering di acara-acara organisasi timbul situasi rebutan Bendera, untuk mengkibas-kibaskannya, karena berarti akan menjadi pusat perhatian dan bisa tersebar di sosial media juga.

Jika bendera dirancang oleh seorang perancang, apakah dia akan ikut ngetop ketika Benderanya dikibarkan orang lain? Tentu tidak. Tidak ada yang akan bertanya, eh siapa yang merancang bendera ya? perhatian pasti akan tertuju kepada yang mengibarkan bendera, bukan yang merancangnya. (Pengecualian mungkin kepada bendera negara, yang memang ada cerita nasionalisme yang mengiringi perancangan bendera negara)

Sebagai konsultan, kita sering bertindak sebagai perancang sistem. Dan seperti kasus bendera, seorang perancang sangat jarang mendapatkan pangakuan terhadap produknya. Seorang perancang sudah pasti dilupakan, walaupun apa yang dia rancang telah memiliki manfaat yang luas bagi pengguna rancangannya.

Jadi nasehat dari guru adalah ikhlas terhadap bendera, supaya rancangan kita bisa akhirnya dijalankan. Artinya jangan merasa untuk menunda berkarya hanya karena kita tidak suka orang lain mengklaim hasil kerja keras kita. Apalagi jika karya kita bisa menyentuh masyarakat banyak. Proyek proyek infrastruktur yang biasanya berjangka panjang, seperti MRT Jakarta contohnya, yang bekerja keras untuk menyusun pola pembiayaan dan administrasi proyeknya pasti tidak disorot dibandingkan yang menekan tombol mulai proyek atau tombol mulai beroperasinya MRT Jakarta. Padahal tanpa jaminan pembiayaan kan tidak akan berjalan proyeknya.

Nasehat lain adalah memanfaatkan kebutuhan akan membawa bendera. Kan menyenangkan yaa membawa karya orang lain sebagai hasil kerja kita, padahal bukan kita yang membuatnya. Jadi supaya kerja kita lancar ketika merancang, kita sudah menawarkan bahwa silahkan ketika sudah jadi, orang lain saja yang mengibarkan benderanya, asalkan anda mendukung atau paling tidak membiarkan tidak mengganggu pekerjaan perancangan.

Itulah pentingnya paham soal bendera

Tinggalkan komentar